Senin, 16 Maret 2015

Kopi: ketidak-cocokan

Masalah yang sering muncul dikalangan muda-mudi adalah cinta. Salah satu masalah pelik yang sering terjadi adalah ketidak-cocokan diantara pasangan. Apa saya benar?

Saya akan bicara soal permasalahan ketidak-cocokan ini. 

Pertama, "Kopi yang paling enak diminum adalah kopi yang hangat. Bukan kopi yang masih panas maupun sudah dingin." 

Kadang pemuda-pemudi terlalu cepat mengenal dan menjalin hubungan, tanpa saling mengenal lebih baik terlebih dahulu. Ini menjadi suatu permasalahan ketika hubungan mereka telah masuk pada tahap yang lebih jauh, namun ekspektasi masing-masing tidak sesuai kenyataannya. Semisal, ketika pertama kali aku mengenal dia, dia adalah wanita yang memiliki paras cantik, menawan, lembut. Aku rasa, dia memiliki hati yang baik dan bersifat perhatian. Sampai disini, si aku memiliki ekspektasi; harapan besar yang di bebankan pada sesuatu yang dianggap akan mampu membawa dampak yang baik atau lebih baik namun belum konkrit.; bahwa si wanita memiliki hati yang baik dan bersifat perhatian. Namun, ternyata setelah mereka menjalin hubungan, ternyata wanita itu memiliki kepribadian yang berbeda. Misalnya, wanita tersebut cuek, jutek, judes, kemudian si wanita ini ternyata mudah tergoda dengan pria lain. 

Kita baru saja selesai bicara soal penggambaran 'kopi yang masih panas', mari lanjut ke penggambaran 'kopi yang sudah dingin'. Kadang pemuda-pemudi mengalami masa-masa pendekatan yang terlalu lama, hingga mereka masuk ke tahap nyaman, namun bukan sebagai kekasih, tetapi sebagai sahabat. Istilah gaul-nya: friendzone. Friendzone yang saya bahas bukan merupakan ingkaran seorang gadis yang kamu 'tembak' dan menolak secara halus. Bukan, itu bukan masa friendzone, Itu merupakan penolakan, kata friendzone di penolakan si gadis ialah ingkaran bahwa ia tak menyukaimu. Friendzone yang saya maksud ialah kondisi sebelum kamu menyatakan perasaanmu padanya, dan kamu tak bisa mengungkapkannya karena kamu telah menganggap dia sahabatmu. Bisa jadi kalian berdua saling cinta, namun karena terlalu lama saling dekat, kalian jadi terbiasa seperti itu. Dalam beberapa kasus, ada yang berhasil menjadi pasangan setelah melalui tahap friendzone, misalnya: sahabat dari kecil, kemudian saling cinta, dan baru saat dewasa saling mengutarakan dan akhirnya menikah. Tapi, kopi yang sudah dingin ini dapat menciptakan rasa canggung kedua pasangan ini karena terlalu lama saling dekat.

Yang paling pas ialah yang hangat. Dimana hubungan itu tak dimulai dengan terburu-buru, maupun terlalu lambat. Cukup saat telah hadir rasa nyaman, nyatakanlah perasaanmu, perlahan, tapi pasti. Bukan terlalu pelan, maupun terlalu cepat. sedang-sedang saja, setelah saling mengenal dengan cukup baik. 

Kedua, "Belum tentu kopi yang berharga mahal, lebih enak dari pada kopi yang murah."

Kita tidak bicara soal kondisi ekonomi maupun sosial. Kita bicara soal ekspektasi. Ekspektasi! Mari kita perhatikan bahwa kadang, kita memiliki ekspektasi yang berbeda dari kenyataan yang ada. Semisal, dalam suatu usaha, kita berekspektasi dengan modal 20 juta, dengan konsumen yang ramai setiap hari, toko akan balik modal dalam waktu 1 tahun, dan 1 tahun kemudian kita sudah dapat 2kali lipat modal kita. Ini merupakan ekspektasi. Kenyataannya dapat berbeda 180derajat. 

Dalam suatu hubungan, kadang kita berekspektasi bahwa pasangan kita akan begini, akan begitu. Namun kenyataannya tidak demikian. Setelah ekspektasi ini menguasai ego kita, akan terjadi pertengkaran apabila dalam kurun waktu tertentu pasangan kita tak mampu memenuhi ekspektasi kita. Semisal:

 Girl: Kamu perhatiin aku dong! Sesekali jangan main game dan bales chatku, telfon aku, ajak aku keluar!
 Boy:Kamu juga perhatiin aku dong, kan aku tiap hari jalan sama kamu, jemput kamu, anter kamu, pulang! Sesekali aku pengen punya waktu sama hobi ku! 

Ini lah yang terjadi, kurang lebih. My advice is lower your expectation. It will be better if you both known each other, and caring of each other's needs. Turunkan ego mu, ekspektasimu, yang kamu cintai adalah dia, bukan ekspektasimu. Kamu boleh berekspektasi, namun tetaplah saling menghargai dan peduli akan kebutuhan masing-masing.

Ketiga, "Mencintalah seperti kopi, semua tahu ia hitam, ia pahit, ia butuh gula untuk membuatnya lebih manis."

Kejujuran, pertengkaran juga sering terjadi karena kita tak jujur akan sesuatu. Kamu boleh menutupi sesuatu dari orang lain, tapi untuk keluargamu, sahabatmu, kekasihmu, jujurlah. Kadang saya pun pernah berbohong saat melakukan kesalahan. Itu tak memperbaiki apa pun. Itu hanya memperburuk kesalahan saya. Kejujuran sangat penting dalam menjalin hubungan, transparansi. Saya jamin, kesalahan apa pun, tidak akan menjadi lebih baik apabila kamu berbohong atau menutupinya.

Sampai disini, saya akan sampaikan bahwa, "Saat anda meramu kopi, kadang komposisinya belumlah pas, namun tetap nikmatilah, jangan buang kopi itu, percayalah kelak anda akan meramu kopi yang paling enak untuk anda sendiri."
Suatu hubungan akan terjalin dengan baik apabila dibangun dengan baik, apabila akhir dari usaha baik anda belum tepat, percayalah akan ada kesempatan untuk anda menjalin hubungan yang tepat dengan seseorang yang ditakdirkan untuk anda. Namun, jangan permainkan usaha baik anda yang kurang beruntung itu, jangan tinggalkan ia dengan tidak terhormat dan jangan lukai ia. Tinggalkanlah ia dengan baik, sebaik anda memulainya. 

Sekali lagi, tulisan saya bukan lah acuan kebenaran. Saya hanya membantu memberikan sudut pandang yang berbeda, anda sendiri lah yang menentukan tulisan ini benar ataupun tidak. Apabila anda kurang setuju, maupun setuju, silahkan berkomentar, saya hargai masukan anda dalam mengembangkan pemikiran filosofi. *philos-sophia*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar